Contek, Nyontek, dan Menyontek

Pengalaman deh ya
Alarm jam dinding kamar baru saja berbunyi, tanda untuk Aris segera bangun pagi dan bersiap diri menghadapi ujian akhir semester genap. Aris merupakan siswa Sekolah Dasar Rembulan Warna kelas 4 A. Ia dan teman-teman satu kelanya hari ini memang mendapatkan jadwal ujian pada jam pertama, pukul 07.30.

Setelah bersiap diri dan bepakaian rapi, Aris segera menuju ke sekolah. Dalam kondisi mengantuk karena semalaman lembur membaca handout¬ Aris tetap melanjutkan perjalanannnya hingga sampai sekolah.

Di dalam ruang F03.204, setelah masuk waktu ujian berlangsung, tampak wajah teman-temannya Aris tampak tegang, bercampur rasa cemas.


“Tampangmu kusut amat Dit? Kenapa? Takut ya hasil ulangan Pendidikan Astronominya jelek?” celetuk Wahyu dari belakang, Adit mengiyakan. Ya jam pertama ini adalah mata kuliah Pendidikan Astronomi, dan hari ini akan diumumkan juga nilai hasil ujian Astronomi yang beberapa hari lalu kelas Aris ikutin, pantas saja anak–anak tampak tegang, mereka kuatir akan hasil tes Astronomi mereka, hanya beberapa anak yang tampak percaya diri.


“Iya nih Yu, kamu tahu kan kalau tes Astronomiku kadang bagus, kadang juga jelek, dan tes kemarin aku hanya sanggup menyelesaikan 5 soal dengan baik dari 10 soal yang diberikan, sisanya nggak yakin aku,” sahut Adit.


“Mending kamu Dit, aku malah pasrah, hanya 2 nomor aja yang bisa kukerjakan, dan yakin benar,” pesimis Wahyu, tampak benar kalau dia sangat gugup.


“Ah kayaknya hari ini jatah mainku bakal dipotong lagi,” katanya lagi.


Aris, Kholis dan Ody tertawa. Saat itu juga Pak Robert Badui Soeharto, yang akrab dikenal dengan Pak RB dosen mata kuliah Pendidikan Astronomi mereka masuk.


“Selamat pagi anak–anak!”


“Selamat pagi Pak!” jawab anak–anak di kelas serentak.


“Baiklah anak–anak, Bapak akan bagi hasil tes kalian, yang namanya disebut harap maju mengambil kertas hasil tesnya, sehabis itu kita mulai ujian hari ini,” seru Pak RB.


Kemudian Pak RB mulai memanggil satu persatu, anak–anak yang dipanggil maju mengambil hasil tes mereka dengan gugup, ada yang berteriak kecil “Yes!”, ada yang diam saja, dan ada juga yang kecewa berat karena hasilnya tidak sesuai dengan perkiraan.


“Gimana Ris? Dapat berapa kamu?,” tanya Wahyu.


“Ya lumayan, B+, lebih baik dari yang kukira, nomor 7, nomor 8, dan nomor 9 salah semua ini, ada yang dikasih nilai stengah oleh Pak RB,” ungkap Aris tersenyum agak puas.


“Kamu sendiri gimana Yu?” tanya balik Aris.


“Jelek punyaku lah, aku dapat B pas,” pasrah Wahyu.


“Kamu dapat berapa Frit?” tanya Aris kemudian menyambar Efrita yang baru saja mengambil hasil tesnya.


Terlihat jelas wajah Efrita cemberut. “Gagal total, tapi lebih baik dari yang kukira, aku dapat C,” sahutnya.


Beberapa saat kemudian pak RB hampir selesai membagikan hasil tes, masih terlihat ada 2 lembar dipegang pak RB, dan sekarang pak RB pasang tampang tegas memanggil 2 orang terakhir. “Jumi, Siti silakan maju ke depan!” agak bentaknya.


Keduanya maju ke depan, tapi agak kaget soalnya Pak SB tiba–tiba memanggil dengan nada cukup tinggi. Sampai di depan kelas, Pak RB memandangi mereka berdua gantian.


“Kalian berdua mendapat nilai yang sama A, soal 9 benar semua dan hanya 1 soal yang hampir sempurna jawabannya. Bagus. Kalian tertinggi di kelas! Tapi yang jadi masalah itu bukan hal yang aneh, yang membuat saya bertanya-tanya adalah jawaban kalian semua sama, dari susunan katanya dan ketidak sempurnaan pada 1 soal yang dikerjakan, bahkan sampai urutan nomor soalnya pun semua sama,” jelas Pak RB dan berhenti.


Dia memandang Jumi dan Siti bergantian menunggu jawaban dari mereka berdua, tapi keduanya masih terdiam.


“Hal ini hampir mustahil terjadi 2 lembar kertas tes, dari 2 orang berbeda mempunyai jawaban yang sama persis, dan bukan hanya jawaban yang benar bahkan jawaban yang salah dan langkah–langkahnya semua sama. Kecuali.... kalian bekerja sama atau salah satu diantara kalian ada yang mencontek,” lanjut Pak RB dengan nada meninggi, tatapannya menjadi lebih tajam, menatap Jumi dan Siti.


Seluruh kelas langsung ribut, dan berbisik–bisik.


“Lebih baik kalian mengaku sekarang dan bapak akan maafkan. Sebagai gantinya tes ulang, tapi nilai maksimal hanya B,” tawar Pak RB lebih tenang.


“Bukan saya Pak, tuh Siti yang mencontek saya!” Jumi menuduh Siti.
Siti jelas tidak terima, ia kemudian mendorong Jumi.


“Enak saja, kamu kali yang mencontek, aku belajar semalaman, ngapain aku nyontek!” Siti membela diri.


“Bukan hanya kamu yang belajar semalaman, aku juga,” kata Jumi tak mau kalah.

Terungkap, Ya Terungkap
Anak–anak di ruang F03.204 masih ribut dan berbisik–bisik dugaan mereka, Jumi dan Siti duduk sebelahan, jadi sangat memungkinkan salah satu dari mereka mencontek yang lain. Aris juga menduga–duga siapa yang mencontek, tapi tanpa petunjuk dia hanya bisa menduga–duga. Tiba–tiba Anyda berdiri, sambil mengacungkan jari. Mungkinkah dia mengetahui siapa yang mencontek?


“Ya Anyda ada apa?,” tanya Pak RB.


“Begini Pak, kenapa kita tidak minta bantuan Rizal dalam memecahkan masalah ini? Mungkin dia bisa mengetahui siapa yang mencontek,” usul Anyda. Anyda pernah dibantu Rizal dalam memecahkan kasus Mobil ayahnya yang hilang.


“Tapi itu kebetulan saja Rizal mendapat petunjuk, kalau mencontek? Dapat petunjuk dari mana? Kejadiannya juga sudah berlangsung beberapa hari yang lalu,” ragu Nina di pojok ruangan.


“Rizal?,” bertanya-tanya Pak RB menimbang–nimbang.


“Ya Pak, beberapa waktu lalu Rizal berhasil membantu saya dalam menemukan siapa yang mencuri Mobil bapak saya di rumah,” tegas Anyda lagi.


Pak Sapta berpikir sejenak.


“Hmm baiklah, Rizal. Coba kamu bantu Bapak!” pinta Pak RB.


Rizal tidak bisa menolak lagi, dia mencoba apa yang bisa dia lakukan, satu-satunya bukti yang tersisa hanya kertas tes mereka. Jumi dan Siti pasang tampang galak pada Rizal, maksudnya jelas, kalau masing–masing berharap tidak dituduh oleh Rizal. Anak–anak yang lain mulai tenang, mereka menunggu aksi Rizal, apa benar sepintar yang diceritakan oleh Anyda atau hanya kebetulan saja.


“Maaf Pak bisa saya melihat kertas tes mereka berdua?” pinta Rizal.


Pak RB mempersilakan Rizal melihat kertas tes Jumi dan Siti. Rizal memperhatikan baik–baik kedua kertas tes itu mungkin saja dia mendapat petunjuk. Kedua lembar tes itu sesuai yang dikatakan Pak RB sebelumnya, isinya sama, dari soal sampai jawaban, semua sama, hanya nama yang tercantum di kertas masing–masing saja berbeda. Rizal kebingungan, dia tidak mendapati petunjuk.


“Em, semuanya sama, seperti kata Pak RB, bahkan urutan nomor dan langkah–langkah pengerjaannya semua sama persis. Yang beda hanya tulisan mereka. Tulisan Siti jauh dari rapi, berbeda dari Jumi, tulisannya rapi sekali!” pikir Riza.


“Hey! tulisan rapi ini petunjuk yang penting, dia mendapat perbedaan yang sangat menentukan dari kedua kertas tes itu, kemudian dia tersenyum simpul, dan menggaruk-garuk kepala,
 kebiasaannya kalau mendapat petunjuk untuk memecahkan kasus,” sumringah Rizal.

“Bagaimana Rizal? Kamu menemukan sesuatu?” tanya Pak RB, Rizal mengangguk. Siti dan Jumi menunggu dengan cemas, seisi ruang F03.204 menjadi diam menunggu Rizal buka mulut. Rizal memperlihatkan kedua kertas tes itu lagi pada Pak RB.

“Bapak lihat kertas tes mereka Pak? Ada perbedaan yang mencolok,“ kata Rizal.
Pak RB kebingungan, dia yakin kalau kedua isi kertas tes itu sama, tapi kenapa Wandi mengatakan ada perbedaan yang mencolok.


“Maksud kamu apa Zal? Isi keduanya sama, tida ada perbedaan seperti yang kamu bilang,” penasaran Pak RB.


“Kalau isinya memang sama Pak, tapi kalau kita lihat penulisannya, maka kita dapat melihat perbedaan yang sangat besar,” kata Rizal lagi, Pak RB masih belum mengerti maksud Rizal, dia tahu tulisan keduanya memang berbeda, tapi itu hal yang wajar.


“Begini Pak, kalau saya mengerjakan tes Astronomi pasti ada coretan–coretan kecil, ato koreksi, apalagi kalau ada jawaban saya yang salah, kecuali saya sangat pandai dan mendapat nilai sempurna, Dan lihat kedua kertas ini Pak, kertas milik Jumi kerjaannya tidak rapi, banyak coretan dan koreksi dimana–mana, ini wajar, kertas tes saya juga demikian banyak coretan maupun koreksi, dan Bapak bisa lihat kertas tes anak–anak lain yang tidak mendapat nilai sempurna pasti ada beberapa koreksi jawaban atau coretan–coretan kecil,” sambar Rizal.
Anak-anak di ruang F03.204 terdiam mendengarkan penjelasan Rizal.


Kemudian Rizal melanjutkan prediksinya, “Dan sekarang kertas tes Siti, rapi sekali, bersih malah bisa dikatakan terlalu bersih, mustahil mengerjakan Astronomi serapi ini, apalagi kalau ada jawaban yang salah, kecuali....”


Pak RB mengangguk–angguk, dan seisi ruang F03.204 mengerti apa yang dimaksud Rizal, mustahil mengerjakan Astronomi selancar itu, kecuali kalau dia hanya menyalin alias mencontek. Siti tercekat dengan penjelasan Rizal, ia ingin memperotes tapi dia tidak dapat menemukan alasan yang dapat membantunya mengelak lagi, dan jumi tersenyum puas.


“Terima Kasih Zal, kalau tidak ada kau, mungkin aku masih dituduh mencontek!” lega Jumi.


“Ah, aku hanya membantu sebisaku,” senyum kecil Rizal.


Pak RB juga puas dengan penjelasan Rizal, dan kini Siti hanya terdiam, dia menunggu keputusan hukuman Pak RB. Kalau tahu kejadian bakal begini, dia pasti bakal mengaku saja tadi, tapi kini semua sudah terlambat, hukuman yang lebih berat sudah menantinya.
Pada akhirnya ujian pendidikan astronomi kali ini ditunda minggu depan karena waktunya habis untuk membahas masalah pencontekan yang dilakukan Siti. Ditundanya ujian kali ini membuat Aris dan teman-temannya yang lain menjadi kecewa. Mereka sudah belajar dan mempersiapkan ujian kali ini dengan matang.


“Ah, kenapa musti kayak gini ya yu? Padahal semalam sudah begadang beras niy,” sesal Aris selagi meninggalkan ruang bersama Wahyu.


“Iya Ris, kita jangan nyoba ikut-ikutan yontek ya! Aku si nggak berani, haha” sahut Adit dari belakang.


“Aku sih nilai nggak masalah mau dapat berapa pun, yang penting aku nggak nyontek deh. Belajar yang tekun dan sungguh-sungguh itu kuncinya,” sambar juga si gendut Hikmah teriak dari dalam kelas.


Citra dan Kholis serempak berkomentar, “Em, ini jadi pembelajaran buat kita semua aja sih, diambil baiknya. Aku yang dapat A- aja santai, hehe.”



NB :
- Bahan ajar kala di HKBP, edit dikit deh

- Aku masih ganteng

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

POTENSI DESA: Gentungan Munculkan Wisata Kampung Organik

PROFIL: Sri Sudarti Bangkit dan Mengadvokasi