Sanggah Setan Sungguh


Lucunya kalian. Ajaklah untuk menjadi lucu kawanmu si Hohoh
Hari yang cerah. Langit memancarkan warna masak kulit Jeruk Bali. Merekah, menjinggakan suasana hiruk pikuk bumi kota Banjarnegara. Ody sapaan akrabnya, seorang pemuda ganteng, penyabar dan jujur tinggal lebih dari 19 tahun di pinggir kota yang terkenal dengan minuman khas Dawet Ayunya itu.

Dan Ody, sering menghabiskan waktu sore harinya di pelataran sungai Serayu tatkala dia pulang kampung dari Yogyakarta untuk memancing. Selalu, selalu dia memancing.
Pada suatu sore, sudah satu setengah jam sudah dia menunggu kailnya tenggelam tanda umpan disambar ikan. Namun benar-benar tak satupuntanda-tanda menyenangkan itu terjadi. Belum ada ikan yang terkecoh.

Alarm handphone mengagetkannya dalam lamunannya sejenak. Pukul 17.45. Saatnya bersiap membereskan barang bawaan untuk pulang. Suara adzan terdengar lirih arah jauh masuk waktu Maghrib. Diburunya segala sesuatu tanpa tertinggal menuju Masjid-Mushola terdekat.

Sudah setengah jalan hampir sampai di Masjid tujuan. Tapi ragu, diputuskan dia kembali ke tempat semula memastikan barang bawaan yang terasa tertinggal. Benar, “Boulevard de Clichy” buku hasil pinjam Ratih, teman kuliahnya belum dibawanya.

Lari. Dia berlari mengejar shalat Maghrib berjamaah. Dalam perjalanan, belum sampai dia pada sepeda motor tungganganya, si kapasitas kecil kesayangannya : Honda Supra FIT 100 cc saja, lebih rendah ketimbang motor bebek pabrikan sekarang, seperti Honda Revo atau Supra X, dia tercengan mengadah melihat arah kanan dibalik pohon randu dekat parkir kendaraan.

“Jangan, jangan lakukan itu!” teriaknya keras.

Tidak ada seorang pun selain Ody yang terlihat disekitar basecame tempat favorit dan rahasianya untuk memancing itu, selain orang yang diteriakinya tiba-tiba.

“Emangnya kenapa? Sok perhatian, kamu siapa?” jawab lirih seorang lain itu dalam pose gantung diri selagi bersiap memasukan kepalanya ke lubang tali atas pohon.

“Kamu akan dilaknat Tuhan! Masuk neraka nanti!” timpal Ody lagi seraya mendekatinya.

“Dari dulu kan sudah begitu, aku satu-satunya makhluk Tuhan yang dilaknat” ungkapnya lemas.

Odi berhasil mendekat, terlihatlah jelas wujud asal suara yang ditegurnya tadi dari kejauhan.

“Hah, hah, se, setan!” kaget Ody spontan menimpal dengan Syahadad. “Laailahalilah…”

“Sudah, nggak usah pakai bahasa asing deh,” ucap Setan.
(Setan setelah paragraf ini saya menggunakan kata ganti/ nama Hohokagar saya dan pembaca mudah mengingatnya dan merasakan sensasinya)

Dalam posisi merebah terjatuh karena kaget, Ody semakin gugup tatkala Hohok turun dari pohon mendekatinya dan memperkenalkan diri.

“Inilah aku. Penampilanku mudah dikenali kan? Entah dulu itu sebenarnya siapa yang mendesain pakaianku, sungguh seleranya rendah,” dijulurkan tangan Hohok, kita berkenalan.

Hohok meras resah melihat penampilannya sendiri. Tubuhnya hanya dibalut dengan kain bergerinda pada bagian bawah layaknya rok. Bahkan  kainnya lebih mirip dengan bahan karung goni coklat kucel kehitaman.

“Memangnya kamu ingin seperti apa lagi? Yang ini kan malah sudah terkenal bukan?” tanggap Ody tak serius.

“Mauku ya seperti… Rhoma Irama!” Serunya dengan semangat Hohok merubah dirinya 
menjadi Roma Irama, lengkap dengan brewok dan atribut sorban juga gitarnya.

“Atau… Bisa Begini,” terang Hohok berubah lagi menjadi Inul Daratista.

“Ehh, jijik,” sahut Ody membuang ludah melihat sosok Inul ngebor dengan tubuh aduhai tapi bermuka Hohok lengkap dengan ekor runcing dan kedua tanduknya menancap dikepala.

“Tapi biasanya sih begini…” sambung Hohok langsung berubah wujud menjadi Soeharto, presiden tenar masa orde baru.

“Nggak usah nyindir,” Ody bergumam.

Dengan cepat Hohok berubah lagi menjadi sosok aslinya terdahulu. Pada waktu bersamaan Ody ingin segera lari jauh dari tempat itu karena merasa muak dan merasa aneh melihat tingkah polah setan yang satu ini.

“Aku mau sholat!” teriak Ody menghindar jauh dari Hohok.

Secara hakikat, etika, etiket, aturan, harfiah, seyogyanya, nyatanya Hohok pasti melarang semua orang di dunia, termasuk Ody untuk melaksanakan kegiatan yang satu ini.

“Sebentar-sebentar, tunggu!” sambar Hohok menarik tangan Ody.

“Apa? Kamu mau ikut sholat? Kamu kan setan? Yasudah ayo sekalian bertobat, siapa tahu kamu setan istimewa dimata Tuhan, dan Tuhan mau mengampuni segala dosa dan kesalah-kesalahanmu itu. Terlebih lagi tadi kamu mau bunuh diri,” tanggap Ody yang dalam hati sebenarnya enggan mengajaknya pergi.

“Tidak-tidak, mending saya periksa gigi terus disuntik sakit sama dokter dari pada ikut kamu sholat. Sebentar saja,” Hohok merayu.

“Tararara… Sini aku perlihatkan data-data kehidupanmu selama ini setelah aku himpun,” ucap Hohok lagi bersamaan dengan dikeluarkannya seperangkat komputer lengkap dengan meja dan kursi duduknya. Dan  buka-buka lah banyak file-file yang tersusun berantakan itu.

“Nah, ini dia. Nama IRAWAN SAPTO ODY, pemenang LOMBA PENYABAR dan juara FESTIVAL ANAK RAJIN. Emm... tergolong anak Sholeh rupannya,” baca Hohok pada salah satu dokumen ‘Curiculumvitae’ di komputernya.

Ody terdiam, melamun, dan tersenyum manis mendengar data pribadinya yang dirasanya baik.

“Eh, eh, ini kan mau bulan puasa? Bulan penuh Anugrah! Mustinya setan kan sudah harus dibelenggu nggak boleh keluyuran? Nggak boleh ganggu-ganggu manusia yang mau beribadah dengan TULUS,” getak Ody pada Hohok.

“Maksudmu… Bulan penuh AKTING?” senyum kecil Hohok menanggapinya.

“Setelah tigapuluh hari bahkan ada yang dua puluh Sembilan hari berpuasa, apa yang berubah dari kalian, manusia?” ejek Hohok.

“TIDAK ADA!” bentak Hohok menanggapi pertanyaannya sendiri.

“ADA tan!” bela Ody mewakili kaumnya sebagai manusia.

“Pelacur kembali melacur. Perampok kembali merampok. Koruptor kembali korupsi. Pecandu kembali konsumsi. Perokok kembali merokok. Pemabuk kembali mabuk-mabukan. Bokeper kembali nonton bokep. Banyak lagi tu… Bulan puasa Cuma mengasah bakat AKTING kalian,” serius Hohok menjelaskan.

“Untuk hal ini kalian betul-betul membuatku bangga! Bahkan hebat, bakat preman kalian justru tumbuh subur di bulan suci ini. Hancurkan ini. Hancurkan itu,” Hohok meragakan.

“Kalau di bulan puasa masih ada yang berbuat dosa, siapa yang patut disalahkan?” Tanya Hohok kepada Ody.

Ody yang mulai sudah bisa menerima Hohok dalam kondisi sadar 100% menjawab, “SETAN lahh…”

“Setan kan lagi dijagal, goblog!” tanggap Hohok.

“Sesungguhnya manusia adalah makhluk yang sangat cerdas dan krteatif. Kalian bisa ciptakan apapun yang kalian inginkan, mulai dari sepatu, sepeda motor, mesin ketik, skripsi, pisau, golok, senjata, semuanya, bahkan bom sekalipun,” lirih Hohok.

Hohok merasa iri kepada bangsa manusia yang diberikan kelebihan lebih dari pada kaumnya.
“Sedangkan aku? Lihat deh… membuat anak saja aku tidak bisa,” terang Hohok selagi melorotkan pakaian bawah yang mirip bentuk rok itu.

“Iya… iya…” tanggap Ody agak jijik melihat tingkah polah yang diperlihatkan Hohok.

“Yang menjadi masalah, sekarang kalian manusia telah melakukan pelanggaran Hak Paten,” Hohok berucap lagi.

“Aneh-aneh saja setan yang satu ini, Hak Paten apa?” tanggap Ody menggelengkan kepala.

“Hak Paten KEJAHATAN, paham!” seru Hohok.

Berubahlah lagi Hohok menjadi seorang sosok dengan paikaian warna putih menutup sampai betis, bersurban melekat di kepala, dan dengan tidak ketinggalan parang ditangan kanan, bom di tangan kiri.

“AllahuAkbar… AllahuAkbar!” Hohok berakting.

“Dari dulu setanlah pemilik Hak Paten Atas Ide berbuat salah dan dosa! Tapi nyatanya malah sering kali salah dan dosa yang kalian lakukan bukannya mengatasnamakanku si raja kejahatan, melaiankan justru bawa-bawa nama Tuhan!” jelas Hohok kemudian.

“Sekali lagi, dengar, itu pelanggaran Hak Paten!” jelas Hohok kepada Ody yang disini sebagai perwakilan bangsa manusia.

Dengan nada keras dan menebuk dada Hohok menyimpulkan penilaiannya kepada tingkah polah manusia. “Aku sih senang saja kalian memperburuk citra Tuhan, tapi sesekali hargailah perasaan guru besar sesatmu ini!” jelasnya.

“Usul nih. Bagaimana kalau kamu ganti penampilan? Mataku udah sepet lihat kamu aslinya,” usul Ody yang melihat dan mulai berani memegang-megang pakaian yang dikenakan Hohok, rok.

“Nanti kamu pangling”

“Enggak deh, janji!”

“Janji?”

“Iya…”

“Tapi…”

“Udah cepat!”

“Berisik kamu, udah liat ini,” pungkas Hohok selagi berubah wujud.

“Aduh, tambah mual kalau gitu,” protes Ody.

Hohok karena sempat jengkel akhirnya tidak berubah wujud ke bentuk lain tapi malah menggandakan dirinnya menjadi dua dalam bentuk Hohok kecil.

“Yasudah lah terserah kamu saja,” tanggap Ody menerima keanehan Hohok itu.

“Eh, persoalan tadi, ya terserah kami dong mau bawa nama siapa saat berbuat dosa. Kenapa kamu sewot? Memangnya setan masih butuh pengakuan apa?” tanggap Ody mempertanyaan masalah Hohok wakil dari kaun setan yang ingin dihargai keberadaannya.

“Yaiyalah, gitu aja kok repot,” tutur Hohok dengan logat salah seorang tokoh nasional negara Indonesia tempat dia bertugas magang sekarang.

“Lah, ntar semakin lama aku mengalami krisis eksistensi malah repot. Manusia mampu berlaku ‘setani’ tanpa perlu kuajari. Banyak kasus pemerkosanaan, selingkuhan, video porno artis juga anggota dewan di bangsamu itu waktu dipersidangan selalu saja alasannya ‘Saya dirasuki nafsu setan’ seperti itu, teman-temanku yang bertugas disana ingin menuntuk tapi suara kita tidak mungkin didengarkan, apalagi pakaian kita kan kayak gini, mana boleh masuk ruang pengadilan,” cerita si kecil Hohok di sebelah kanan Ody.

“Seakan-akan setan diciptakan hanya untuk memenuhi kebutuhanmanusia akan KAMBING HITAM, makanya aku ingin bunuh diri saja tadi,” seru duo kecil Hohok bersamaan disamping kanan dan kiri Ody.

Setelah sedikit mengganggu Ody dengan menggelitiki sekujur badannya, Hohok berubah menjadi sosok Hohok sebelumnya. Duo kecil Hohok menyatu.

“Eh manusia, atau begini saja, aku akan menggugat Tuhan. Punya kenalan pengacara?” sambar Hohok dengan menyerukan ide barunya itu.

“Menggugat? atas dasar apa?” penasaran Ody.

Dengan muka memelas dan berusaha meyakinkan Ody, Hohok berujar kalau Tuhan pilih kasih dengan kaumnya. “Julukan ‘Maha Adil’ perlu ditinjau kembali. Itu,” terangnya.

“Hati-hati kalau ngmong!” seru Ody membela Tuhannya.

“Dasarku sangat kuat! Saat kotolak perintah Tuhan untuk bersujud kepada Adam seketika itu juga aku dilaknat olehNya!” bela Hohok.

“Berani membangkang perintah Tuhan memang pantas dilaknat, goblok!” seru Ody kembali.

“Aku cuma sekali membangkang, kalian berapa kali coba? Pernah ngitung nggak!” tambah bentak Hohok dala nada tinggi.

“Dan… tetap saja manusia dikatakan makhluk paling sempurna, masih diberi kesempatan tobat, lagi… Sedangkan aku? Kasian ya kita setan,” sesal Hohok tertunduk lemas lutut hingga akhirnya jatuh pada posisi jongkok membelakangi Ody.

Maaf Untuk Setan
Setelah berdiskusi panjang lebar, akhirnya Ody merasa iba juga terhadap keadaan Hohok. Dia ingin meninggalkan Hohok sesegera mungkin. Tanpa panjang lebar dia berhasil menggapai sepeda motornya dan membawanya sejauh mungkin dari tempat kejadian.

Hohok yang tadi masih dalm posisi membelakangi Ody, akhirnya mengetahui kepergian Ody. Hohok bisa menghilang memindahkan tubuhnya kemanapun dia mau. Dan. Tiba-tiba sudahlah Hohok dibelakang badan Ody, membonceng sepeda motornya.

“Kamu mau kemana manusia, kok kabur?” Tanya Hohok mengagetkan Ody.

“Eh, aku mau pulang,” jawab Ody sekenanya.

“Temani aku dulu sebentar buat ngobrol, nanti aku traktir deh,” rayu Hohok meyakinkan Ody untuk kembali.

Ody yang merasa sudah muak dicampur rasa bersalah jelas menolak ajakan Hohok itu. “Wah aku nggak boleh kemalaman pulang, nanti aku dimarahi Ibu ku,” alasan Ody.

“Begini saja,” seru Ody menghadap arah Hohok.

“Aku mau ngbrol sama kamu, tapi dengan satu syarat!” sambungnya.

“Apa? Siap deh,” penasaran Hohok.

“Aju ingin diajari untuk bisa berubah wujud sepeti kamu!”

“Iya, mudah kok!”

“Yasudah kita lakukan disini saja,” ungkap Ody selagi menghentikan laju sepeda motornya untuk menepi jalan.

“Kamu ingin berubah menjadi apa,” tanya Hohok selagi memposisikan badan di depan Ody.

“Aku ingin belajar berubah menjadi bola bakso,” pinta Ody.

“Oke, gampang, coba lihat dulu aku, lihat seksama,” pungkas Hohok dengan langsung merubah dirinya menjadi sebuah bola bakso terbang di depan muka Ody.

Tanpa menunggu lama, Ody langsung menagkap bola bakso itu dan kemudian dilahapnya habis jelmaan Hohok itu.

“Hahaha, kena kamu, sudah jangan ganggu aku lagi,” dikunyahnya Hohok dalam mulut Ody.
Dari dalam perut Ody terdengar suara lirih ucapan Hohok samar-samar.

“Dasar, trik lama,” tutur Hohok mengakhiri kisah aneh Ody hari itu.

Catatan ini didedikasikan untuk Rohaji Nugroho (Hohok), setidaknya saya mengenal dengan nama itu. Masih dalam ketidak percayaanan saya mengapa saya harus 'mengagumi' dia dalam belajar ini.
Ya, dia berbeda dan lain itu tentu. Bukan masalah tonjolan gigi yang mengakar jauh hingga janggut, tapi berkarakter. Karakter Iblis! Saya mau jadi Iblis Boo Gendut.

Yang jadi pasti Hohok selalu iri dengan saya, dia selalu kalah dalam segala hal. Ganteng, Tampan, Ahli, Pacar, Cakep, Manis, dsb. Dia IRI. Dia hanya punya GIGI (sekali lagi) yang tumbuh dari 200 SM.

SEKIAN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

POTENSI DESA: Gentungan Munculkan Wisata Kampung Organik

Contek, Nyontek, dan Menyontek

PROFIL: Sri Sudarti Bangkit dan Mengadvokasi