PEDAGANG KLEWER: Modal Pinjaman Habis Untuk Makan

Pedagang Pasar Klewer, Muhammad Nasir, 61, membuka kios No. CC.053 Pasar Sementara Pasar Klewer di Alun-alun Utara (Alut), Rabu (17/6). Dia berjuang keras bertahan hidup selama enam bulan sebelum bisa menempati kios tersebut.
PASAR KLIWON — Muhammad Nasir, 61, tidak akan lupa dengan kesenangan yang terjadi pada 4 Januari 2015 lalu. Sebuah surat datang di rumahnya, di kompleks Pondok Pesantren Ngruki, Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Sukoharjo. Surat itu mengabarkan jika permohonan pinjaman uang ke sebuah koperasi telah dikabulkan.

Nasir jelas bungah. Bapak beranak sembilan itu punya modal usaha senilai Rp25 juta. Dia masih berhasrat untuk kembali menjual berbagai kebutuhan sandang. Peristiwa kebakaran Pasar Klewer pada 27-28 Desember 2014 membuat Nasir merugi hingga Rp60 juta. Semua barang dagangan yang disimpan di kios ludes.

Bukan tanpa kendala, Nasir ngos-ngosan saat membuka kembali peluang bisnisnya. Nilai modal yang diperoleh dari hasil berhutang itu ternyata kurang mewadai. Jumlah produksi pakaian yang terbatas membuat pemasukan seret. Kebingungan hidup itu bahkan membuat gula darah Nasir naik hingga 400-500 mg/dL.

“Hampir semua pedagang depresi pascakebarakan Pasar Klewer. Kondisi tubuh saya juga jadi tidak karuan. Gula darah dari 85–160 mg/dL malah naik banyak. Meski sudah mencoba tawakal, tetap saja ada yang mengganjal,” kata Nasir sambil melempar senyum kepada Espos di Alut Solo, Selasa (18/6).

Pemasukan yang kecil membuat Nasir tidak bisa mengembangkan usaha secara optimal. Dia bahkan tidak bisa menyewa kios atau membuka lapak seperti yang dilakukan pedagang lain setelah kebakaran Pasar Klewer. Nasir bertahan di rumah dengan memproduksi pakaian secara mandiri, khususnya pakaian model hacinco.

“Sudah hampir enam bulan saya libur berjualan, hanya fokus produksi pakaian di rumah. Mau bagaimana lagi, uang simpanan cenderung saya gunakan untuk modal usaha. Jika dimanfaatkan untuk menyewa [kios], uang malah nanti cepat habis,” ujar Nasir.

Namun, harapan Nasir untuk bisa memproduksi barang dagangan dengan jumlah banyak tidak berjalan mulus. Dia sulit meraup untung. Bahkan, modal usaha atau uang simpanan yang dimiliki Nasir terpaksa dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tidak hanya makan, tapi juga membiayai sekolah ketiga anaknya.

“Karena tidak ada pemasukan, uang hasil dari berhutang terpaksa saya gunakan untuk nyicil hutang. Lucu kan? Selain itu, saya belum bisa memproduksi barang banyak karena uang simpanan terus dimanfaatkan. Uang hampir habis untuk beli makan dan lain-lain. Modal tinggal sangat sedikit,” jelas Nasir.

Nasir bisa kembali melepas seyum setelah Pasar Sementara Pasar Klewe di Alur selesai dibangun dan diresmikan, Selasa (16/6). Dia menjadi salah satu dari 1.185 pedagang yang berhak mendapat kios darurat tersebut. Meski sudah diizinkan sejak Sabtu (13/6), Nasir baru bisa mengisi kios darurat dengan barang dagangan pada Rabu.

“Alhamdulilah setelah hampir enam bulan menanti saya bisa menjajakan barang di luar rumah. Semoga bisa nyaur hutang nanti. Tidak muluk-muluk, nanti kios saya tata dengan sederhana saja,” terang kakek yang kini ditunjuk sebagai ketua Himpunan Pedagang Pasar Kleweritu di kios No. CC.053. (Irawan Sapto Adhi)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

POTENSI DESA: Gentungan Munculkan Wisata Kampung Organik

Contek, Nyontek, dan Menyontek

PROFIL: Sri Sudarti Bangkit dan Mengadvokasi