BPJS KESEHATAN: Punya Atau Tak Punya Kartu Engkau Tetap Raja


Setelah melempar senyum, Heni Mayangsari dengan cekatan mempersilakan Antonius Christian duduk di hadapannya. Masih dengan raut wajah semringah, Mayang, sapaan akrabnya giliran menawarkan diri untuk membantu proses pendaftaran periksa laki-laki asal Kelurahan Nusukan, Banjarsari, Solo tersebut. Sebelum mulai mengotak-atik komputer, Mayang yang merupakan petugas Bagian Pendaftaran Poliklinik Rumah Sakit Dr. Oen Kandang Sapi Solo itu tak ketinggalan mempersilakan Fransisca Endah Lukito, istri Antonius untuk turut duduk di hadapannya.

Setelah itu, barulah Mayang melakukan verifikasi berkas. Antonius mendaftar periksa di RS tipe B tersebut sebagai peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Sesuai ketentuan, peserta BPJS yang ingin mengakses Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) di RS tipe B diminta lebih dulu menunjukkan surat rujukan dari FKRTL RS tipe D/tipe C dan Kartu BPJS. Proses verifikasi tak berlangsung lama. Mayang tak perlu banyak menginput data karena Antonius telah mendaftar dengan memanfaatkan aplikasi pendaftaran online Droenska Mobile.

"Bedanya dengan pasien umum, pemegang kartu Jaminan Kesehatan Nasional [JKN] memang harus lebih dulu datang ke loket pendaftaran untuk mengumpulkan berkas setelah mendapatkan bukti verifikasi di mesin Anjungan Pendaftaran Mandiri," terang Mayang saat diwawancara, Sabtu  (20/7/2019).

Namun, Mayang buru-buru mengonfirmasi bahwa para pengunjung pemegang kartu BPJS dijamin tak perlu menunggu lama untuk dapat giliran proses pengumpulan berkas. Rumah Sakit Dr. Oen Kandang Sapi Solo telah menyiapkan 6 loket khusus bagi peserta JKN KIS. Jumlah itu lebih banyak tiga kali lipat dibandingkan loket pendaftaran bagi pasien umum yang hanya berjumlah 2 buah. Rumah Sakit Dr. Oen Kandang Sapi Solo sengaja menyediakan loket lebih banyak agar tak mengecewakan para pengguna kartu BPJS Kesehatan. 

"Jumlah pasien yang datang ke Rumah Sakit selama ini masih didominasi pengguna kartu JKN KIS. Kami tidak bermaksud membeda-bedakan pelayanan antara pasien BPJS dengan umum, tapi malah sebaliknya. Kami ingin berbuat adil agar semua pengunjung atau pasien terlayani dengan maksimal," tutur petugas yang menjabat sebagai Kepala Sub Seksi (Kasubsie) Pendataran tersebut.

Ditemui terpisah, Direktur Utama Rumah Sakit Dr. Oen Kandang Sapi Solo, dr. William Tanoyo, menegaskan Rumah Sakit Dr. Oen tak akan membeda-bedakan pelayanan kepada pasien. Semua pasien berhak memperoleh layanan bak raja. Dia pun mempersilakan masyarakat atau pengunjung melapor jika mendapati sivitas hospitalia Rumah Sakit Dr. Oen Kandang Sapi Solo memberikan pelayanan tak ramah atau tak sesuai standar, khususnya kepada pasien pengguna BPJS Kesehatan. Rumah Sakit selama ini telah mengajak para tenaga medis maupun non medis memberikan pelayanan sesuai nilai dan budaya Rumah Sakit.

"Kami punya budaya Melayani Sepenuh Hati. Jadi teman-teman dokter, perawat, bidan, bagian farmasi, maupun tenaga non medis di Rumah Sakit sudah kami minta menjalankan tugas tanpa tebang pilih. Kami juga punya budaya Senyum Salam Peduli yang mana saya lihat telah diterapkan oleh segenap civitas hospilia. Ketemu pengunjung, yang pertama diperlihatkan ya senyum, lalu menyapa, kemudian menawarkan diri 'ada yang bisa dibantu?'," ujar dr. William.

Penanggung Jawab Sementara (Pjs.) Direktur RS Triharsi Surakarta, dr. Langi Surjani juga memastikan RS tipe D yang dia pimpin tak membeda-bedakan pelayanan kepada pasien. Hal itu sebagai wujud implementasi dari misi Rumah Sakit, yakni memberikan pelayanan yang profesional serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Bagi dr. Langi, pasien BPJS Kesehatan dengan pasien umum sama saja. Mereka memiliki hak yang sama untuk memperoleh layanan kesehatan tebaik di Rumah Sakit. RS Triharsi diketahui mulai melayani pasien BPJS pada Desember 2016.

"Pasien BPJS Kesehatan berhak menerima pelayanan yang sama dengan pasien umum. Di tempat kami sudah ada komitmen, jangan sampai karyawan, perawat, apoteker, dokter umum, maupun dokter spesialis memberikan layanan lebih rendah kepada para pengguna kartu BPJS. Pelayanan pasien harus disamaratakan," tegas dr. Langi.

Direktur Klinik Griya Husada 2 di Desa Pandeyan, Tasikmadu, Karanganyar, dr. Ita Kusumawati, juga mengungkapkan komitmen tidak akan membeda-bedakan pelayanan kepada pasien umum maupun pasien BPJS. Dia mencontohkan, Klinik Griya Husada 2 memutuskan untuk tidak memisahkan loket pendaftaran antara pasien umum dengan pasien BPJS. Hal itu membuat pasien umum maupun pasien BPJS sama-sama harus mengantre saat kondisi pengunjung  sedang banyak. Waktu periksa juga ditentukan dari siapa dulu yang mendaftar, bukan dari status penjamin pasien.

Warga Kelurahan Nusukan, Banjarsari, Antonius Christian, 27, mengaku puas dengan pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta. Dia yang datang dengan menggunakan kartu BPJS Kesehatan tidak merasa dianaktirikan. Antonius mendapati semua petugas pelayanan yang berada di Rumah Sakit Dr. Oen, baik itu petugas pendaftaran, perawat, maupun dokter yang memeriksa telah menunjukkan sikap ramah kepada pasien. Dia pun merasa nyaman dengan model pelayanan tersebut. 

"Kalau memang pelayanan kesehatan di puskesmas, klinik, maupun rumah sakit tidak dibeda-bedakan, kami jadi tidak ragu lagi untuk terus membayar iuran kepesertaaan BPJS. Harapannya kan kami yang menggunakan kartu BPJS ini dianggap juga sebagai 'raja' ketika datang ke fasilitas kesehatan. Jangan sampai pengguna BPJS mendapatkan pelayanan rendah," tutur Antonius.

Pejabat Humas Kantor BPJS Kesehatan Cabang Surakarta, Fransisca Sika, menyebut rata-rata fasilitas kesehatan baik itu klinik, puskesmas, maupun rumah sakit sudah bagus dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. BPJS Cabang Surakarta kini jarang mendapati keluhan dari peserta BPJS yang merasa tidak dilayani dengan baik di fasilitas kesehatan pertama maupun rujukan. Dia pun mempersilakan peserta BPJS yang merasa kurang puas dengan pelayanan fasilitas untuk melapor ke petugas BPJS. Siska memastikan setiap laporan dari masyarakat akan ditindaklanjuti BPJS.

"Kami harap jangan ada diskriminasi terhadap pasien yang menggunakan BPJS. Kami berharap tidak lagi mendengar keluhan dari masyarakat yang berobat menggunakan kartu BPJS, pelayanannya dibeda-bedakan," tutur Siska.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

POTENSI DESA: Gentungan Munculkan Wisata Kampung Organik

Contek, Nyontek, dan Menyontek

Cara dan Gaya Perkenalan Ormawa FIP UNY