PROFIL: Fahmi Terinspirasi Kisah Lampau

Rasa senang membantu orang lain mengantarkan Arief Fahmi Rahmansyah meraih cita-citanya. Pemuda kelahiran Solo, 19 Januari 1995 tersebut kini tercacat sebagai personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo. Fahmi mengaku saat berusia sekolah dasar (SD) telah membulatkan tekad ingin menjadi seorang pemadam kebakaran (damkar) atau petugas yang dengan sigap membantu korban bencana.
“Awalnya dulu saya pernah melihat kebakaran. Saat itu saya menyaksikan ada petugas damkar bekerja dengan sungguh-sungguh. Ada petugas lain juga yang membantu korban. Kelihatan gagah. Saat itu juga saya bercita-cita ingin menjadi damkar atau petugas yang siap membantu orang lain yang kesusahan,” kata Fahmi saat berbincang di Kantor BPBD Solo, Selasa (20/2).
Fahmi tidak melewati proses instan saat menjadi personel BPBD Kota Solo. Seketika lulus dari SMK Muhammadiyah 1 Solo, dia terlebih dahulu terlibat aktif dalam kegiatan salah satu komunitas relawan bencana di Solo. Lama-kelamaan, dia mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatiha resmi yang diadaan BPBD. Dari situlah Fahmi banyak belajar hingga bisa lolos seleksi saat digelar rekrutmen personel BPBD.
“Tugas awal saya masuk TRC [tim reaksi cepat] BPBD di bawah Kasi Kedaruratan Logistik. Berjalan 9 bulan, saya dipindah di bidang kesiapsiagaan dan pencegahan bencana. Terakhir hingga sekarang, saya ditugasi untuk masuk lagi sebagai TRC sekaligus menjadi pencatat laporan kejadian di bawah Kasi Darurat logistik,” terang Fahmi.
Fahmi mengaku senang dan merasa tertantang saat menjasi personel BPBD. Dia merasa senang ketika bisa membantu sesama yang tengah membutuhkan pertoongan. Sedangkan Fahmi merasa tertantang tatkala menerima tugas untuk menjangkau wilayah bencana. Bukan hanya di Solo, dia pernah juga dikirim pimpinan untuk membantu evakuasi korban bencana di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (Jatim) saat terjasi longsor.
“Pokoknya penuh kesenangan dan tantangan lah. Saat evakuasi banjir di Solo pada 2016 lalu misalnya. Saat itu banjir terjadi pada bulan Ramadan. Hal itu memberikan pengalaman baru bagi saya. Saat itu saya hanya bisa sahur dan berbuka dengan makanan seadanya bersama para pengunsi. Belum lagi saat puasa-puasa, kami juga membagi tugas membantu warga membersihkan rumah yang baru kebanjiran,” kisah Fahmi.
Bukan hanya mendapati kisah miris, Fahmi juga beberapa kali menemukan pengalaman lucu nan unik saat melayani masyarakat. Sebut saja saat dirinya masuk ke dalam tim yang diterjunkan untuk mengevakuasi kucing. Fahmi sempat berfikir bahwa kucing yang bakal dievakuasi TRC BPBD adalah kucing jenis tertentu berharga mahal. Namun ternyata bukan. Kucing yang dievakuasi adalah kucing kampung biasa. Dia juga pernah terlibat dalam tim yang mendapat tugas hanya untu mengevakuasi batang tikus.
“Saat penyerahan hewan kucing yang baru diselamatkan, kami bertanya kepada si pemilik kucing, kenapa sampai telepon Damkar atau BPBD? Kemudian sang pemiliki kucing menjawab lugu, yakni karena terinspirasi dari cerita film. Kan ada-ada saja. Tapi tidak apa-apa, saya akhirnya juga belajar bahawa setiap nyawa itu berharga,” ungkap Fahmi. (Irawan Sapto Adhi)

Caption:
Arief Fahmi Rahmansyah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

POTENSI DESA: Gentungan Munculkan Wisata Kampung Organik

Contek, Nyontek, dan Menyontek

Cara dan Gaya Perkenalan Ormawa FIP UNY