PROFIL: Utik Dulu Atlet, Sekarang Lurah

Lurah Nusukan, Utik Sri Wahyuni, 44, punya pengalaman manis dengan dunia pencak silat. Saat masih menjadi mahasiswa Jurusan Pertanian di Universitas Brawijaya (Unbraw), Malang, dia pernah meraih medali emas dalam kejuaran nasional (Kejurnas) pencak silat SH Terate antar mahasiswa di Jember. Utik dipertemukan dengan sang suami juga karena mengikuti Kejurnas pencak silat SH Terate di Jakarta pada 1993 lalu. Saat itu Utik menjadi atlet wakil dari Malang sedangkan suaminya wakil dari Pontianak.

"Saat Kejurnas di Jakarta saya tidak dapat medali, tapi dapat jodoh," kata Utik tersenyum saat berbincang di ruang kerjanya, Kamis (30/3) pagi. Perempuan kelahiran Ngawi, 5 Desember 1972 tersebut aktif mengikuti kegiatan pencak silat SH Terate sejak duduk di bangku kuliah. Dia aktif bergabung dalam unit kegiatan mahasiswa (UKM) Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Setelah memutuskan menikah dengan Darminto, Utik tinggal di Pontianak sejak 1996 hingga 2003.

Dari Pontianak, Utik lantas pindah ke Solo setelah dinyatakan lolos seleksi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) pada 2003. Dia pertama kali bertugas di Solo menjadi anggota staf di Kantor Kecamatan Banjarsari. Tugas tersebut dia emban hingga 2011. Mulai 2011 hingga Desember 2016, Utik mendapat amanah menjadi Sekretaris Kelurahan Wetan, Jebres. Dia baru menjadi Lurah Nusukan per 1 Januari 2017 lalu. Lulusan S2 Jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu mengaku cukup banyak tanggung jawab yang terpaksa harus dikesampingkan setelah menjadi lurah.

Utik ingin benar-bebar bisa optimal melayani warga Nusukan. Berdasarkan surat keputusan (SK), dia saat ini masih menjabat sebagai Sekretaris Tim Penggerak (TP) PKK Kecamatan Banjarsari, Wakil Ketua PKK Kelurahan Banyuanyar, Bendahara Pekerja Sosial Masyarakat (BSM) Solo, Wakil Ketua Gerakan Sayang Ibu Kelurahan Banyuanyar, dan Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kecamatan Banjarsari. Setelah diangkat sebagai lurah, dia menyerahkan tanggung jawab di beberapa lembaga itu kepada orang lain.

"Setelah jadi lurah saya coba fokus ke warga Nusukan. Tanggung jawab di sejumlah lembaga sudah saya serahkan kepada orang lain meski berdasarkan SK, jabatan tersebut masih saya pegang. Tinggal PMI yang saya pertahankan. Kegiatan di PMI tidak jauh berbeda dengan di kelurahan untuk menolong sesama. Kegiatan di PMI juga bisa dilakukan di luar jam kerja. Apalagi sekarang sudah serba canggih. Dengan handphone saya bisa tolong orang. Jika ada permintaan bantuan, saya bisa menghunungi tim dari PMI survei. Justru bisa membantu warga saya," kata Utik.

Utik juga sudah tidak lagi aktif terlibat dalam kegiatan SH Terate. Suaminya yang kini masih aktif di perguruan pencak silat tersebut. Bahkan Darminto sekarang menjabat sebagai ketua Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Solo. Ibu tiga anak tersebut ingin all out menjalankan tugas sebagai Lurah Nusukan. Dia yang selama ini tinggal di rumah pribadinya di Banyuanyar bahkan sekarang rela pindah menempati rumah dinas lurah Nusukan yang berada persis di utara kantor Kelurahan.

"Saya ingin dekat dengan warga. Saya ingin bisa melayani dengan baik untuk mereka. Di Nusukan punya potensi besar sekali. Ada potensi wisata religi. Ada juga potensi pengembangan home industri. Saya ingin warga mampu mengembangkan potensi di wilayah masing-masing supaya menambah income mereka, terutama keluarga tidak mampu. Intinya saya targetkan adanya pemberdayaan masyarakat di Nusukan ke depan," jelas Utik. (Irawan Sapto Adhi)

Caption:
Utik Sri Wahyuni

Komentar

Postingan populer dari blog ini

POTENSI DESA: Gentungan Munculkan Wisata Kampung Organik

Contek, Nyontek, dan Menyontek

Cara dan Gaya Perkenalan Ormawa FIP UNY