PROFIL: Sri Sudarti Bangkit dan Mengadvokasi

Pada usia 5 tahun, Sri Sudarti mengalami lumpuh layu setelah mendapat penanganan medis yang kurang tepat. Dia sempat kehilangan rasa percaya diri dan semangat untuk hidup karena tidak bisa lagi berjalan normal. Namun, Sri Sudarti beruntung mempunyai keluarga yang tidak pernah lelah memberi semangat kepada dirinya untuk bangkit dari keterpurukan. Berkat dukungan tersebut dia akhirnya mempunyaui tekad untuk bisa bersekolah di luar, tidak hanya direhabilitasi.

"Saat usia 5 tahun, saya sempat panas tinggi kemudian disuntik ketika memeriksakan diri. Tidak tahu kenapa setelah itu saya jadi mengalami lumpuh layu atau polio. Rasa percaya diri saya sempat jatuh saat itu. Rasa sesal juga saya alami terus-terusan. Beruntung ada keluarga yang tidak lelah memberi semangat," kata Sudarti saat berbincang, Senin (9/10).

Sri Sudarti kini telah berusia 41 tahun. Dia bahkan sekarang menjadi seorang ibu dari tiga orang anak. Dalam menjalani hidup, Sri Sudarti selalu ingat petuah dari kedua orang tuanya yang membuat dirinya ingin terus maju menghindari keterpurukan, yakni "lakukan sebisa kamu selagi kamu mampu". Dia yakin meski dalam kondisi gerak tubuh yang terbatas, dirinya sanggup berbuat banyak hingga bermanfaat juga bagi orang lain. Semangat itulah yang mangantarkan dirinya aktif di organusai Tim Advokasi Difabel (TAD) Solo.

"Berkat dorongan orang tua, dari dulu saya selalu menanamkan keingunan, yakni saya barus bisa bersekolah, berbaur dengan masyarakat non difabel. Besarnya keinginan itu membuat saya benar-benar bisa merasakan apa yang saya harapkan. Sekarang saya merasa bisa bekerja sama dengan masyarakat non difabel tanpa minder. Intinya, saya harus terus bersemangat untuk bisa maju," jelas Sri Sudarti.

Sri Sudarti kini bahkan telah diamanahi menjadi Wakil Ketua TAD Solo. Dia terjun di TAD karena melihat situasi di lapangan yang ternyata hak dan kebutuhan kaum difabel di Kota Bengawan belum tercukupi. Dia ingin membantu kaum difabel bisa memperoleh hak sesuai kebutuhan maupun ketentuan. Perempuan kelahiran 21 April 1976 tersebut mengajak masyarakat difabel tidak pantang menyerah untuk terus berjuang dan mau belajar agar setidaknya mampu mengadvokasi diri masing-masing.

"Saya terjun di TAD karena melihat kebutuhan masyarakat difabel di Solo yang kurang terakomodir. Saya ingin bisa menjembatani komunikasi antara masyarakat difabel atau komunitas difabel dengan pemerintah. Saya akan berjuang sekuat tenaga untuk membantu, mendampingi, atau memfasilitasi kaum difabel di Solo hingga terpenuhi hak-haknya," jelas Sri Sudarti.

Sri Sudarti berharap teman-teman difabel bisa bangkit hingga memberi pengaruh terhadap lingkungan sekitar. Warga Dawung Kulon RT 001/RW 010 Kelurahan Serengan tersebut menilai kini banyak kesempatan yang bisa diraih masyarakat difabel yang mempunyai keterampilan. Sri Sudarti menyebut Pemerintah Kota (Pemkot) Solo kini cukup terbuka terhadap program yang menyasar kaum difabel.

"Pintu kini terbuka lebar di pemerintahan. Tinggal teman-teman difabel mau tidak untuk masuk? Teman-temab difabel juga harus mengembangkan diri," jelas Sri Sudarti di sela-sela mendampingi difabel lain belajar komputer di Kantor Dinas Sosial (Dinsos) Solo. (Irawan Sapto Adhi)

Caption:
Sri Sudarti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

POTENSI DESA: Gentungan Munculkan Wisata Kampung Organik

Contek, Nyontek, dan Menyontek

Cara dan Gaya Perkenalan Ormawa FIP UNY