PROFIL: Sita Gemari Sejarah

Agustina Dewi Sita Ratih, 44, begitu gemar mempelajari masalah sejarah. Alumnus Arsitektur Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo angkatan 1991 tersebut bahkan dengan sengaja telah mendirikan lembaga consortium for social education and transformation (Consent) untuk menularkan virus kecintaan sejarah kepada orang lain khususnya anak-anak muda. Dengan mempelajari sejarah, menurut dia, orang bisa belajar bagaimana cara menjadi lebih baik.

Sita menceritakan lembaga Consent bergerak di ranah pemenuhan pendidikan kaum muda dan bidang kebudayaan. Dalam melaksanakan program, pegiat Consent banyak menggelar kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan sejarah. Dia bersama para pegiata Consent kerap menggelar diskusi membahas sejarah dan kebudayaan. Sita berharap bisa terus bisa berjuang untuk melakukan diseminasi cerita sejarah yang terlupakan atau hampir teracam ke masyarakat luas.

"Sejarah penting untuk dipelajari. Jika tidak mengetahui sejarah bangsanya, rakyat tidak bisa berfikir ke depan. Dengan mempelajari sejarah, kita bisa tahu mana yang baik untuk terus diwujudkan. Begitu juga sebaliknya, dengan mengetahui sejarah, kita bisa tahu mana yang buruk untuk segera ditinggalkan. Mempelajari sejarah ada sebuah pembelajaran," kata Sita saat berbincang, Jumat (9/6).

Selain terlibat dalam pendirian lembaga Consent pada 2012, Sita juga terlibat dalam pembentukan komunitas Soeracarta Heritage Society (SHS) pada awal 2017. Di SHS, dia bersama rekan-rekannya langsung tancap gas mulai menyebar virus kecintaan terhadap sejarah. SHS menggandeng warga Kelurahan Kedung Lumbu, Pasar Kliwon, menelisik kembali kekayasan sejarah kawasan Loji Wetan. Pada 20 Mei lalu, SHS bahkan telah mengadakan workshop bagi pelajar membahas Sejarah Kota Lama Solo khususnya yang berada di Kawasan Loji Wetan. 

"Keberadaan bangunan kuno di Solo mulai menjadi incaran berbagai komunitas masyarakat, baik peneliti, sejarawan, wisatawan, maupun pehobi. Namun sayang, hal itu belum menjadi perhatian masyarakat yang memiliki atau menempati sendiri bangunan kuno. Pemerintah Kota Solo yang jarak pusat pemerintahannya tidak jauh dari kawasan Loji Wetan juga belum menunjukan tanda-tanda perhatian. Saya ingin bergerak menyadarkan mereka tentang potensi itu," ujar Sita.

Sita menilai perlu ada peningkatan kesadaran bersama oleh semua pihak terutama generasi muda untuk tidak anti mempejari sejarah warisan peradaban. Perempuan asli Solo kelahiran 8 Oktober 1973 tersebut menyadari bukan perkara mudah bisa menumbuhkan minat masyarakat mempelajari sejarah. Dia meminta siapa saja tidak malas untuk membaca buku dan sumber ilmu lainnya. Sita ingin menjadi warga negara yang baik dengan merasa selalu punya tanggung jawab untuk mempelajari sejarah sekaligus melakukan upaya pelestarian.

"Siapa lagi kalau bukan kita-kita yang harus mempelajari sejarah dan melakukan upaya pelestarian? Kita tidak boleh kalah dengan bangsa lain. Kita harus membepajari sejarah untuk membangun peradaban yang lebih baik. Basic akademik saya arsitek, tapi tidak merasa rugi ketika terjun mempepajari sejarah. Saya bisa belajar banyak hal tentang bangunan kuno. Saya jadi punya inspirasi lain," jelas Sita. (Irawan Sapto Adhi)

Caption:
Agustina Dewi Sita Ratih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

POTENSI DESA: Gentungan Munculkan Wisata Kampung Organik

Contek, Nyontek, dan Menyontek

Cara dan Gaya Perkenalan Ormawa FIP UNY